Sampai pada titik jenuh aku hanya ingin pergi jauh walaupun aku merindu kuhanya ingin semua berlalu
Maaf jika kuterlalu pendiam bahkan saat kau marah kumasih berdiam semoga nanti kau pahami
(ei) setelah kau baca puisiku hari ini dalam rima atas rumi dalam ramaiku bersunyi paham kau yang kan pahami
Kau yang sudi dalami lengkapiku kala suka temaniku kala duka sepintas tertipu masa erat genggaman kita buka
Lemah pada amarah sabarku tak dijangkau matamu anggap saja benar dan salah kau yang jadi penentu
Kenali rindu cinta bukan untuk menghakimi demi damai dan tenangmu biarkan sajaku yang pergi
Jujur aku lelah walau reda pun tak reda menikam rasa tanpa jeda ku digantung fajar dan senja
Cinta rapuh di antara malam dan sisa hujan begitu dingin tuk dikenang tanpamu kukan tenang terlalu menatap
Indah jauh sikapmu dan arah kita selalu menekan dan mengekang rasa yang kini kukecap bukan cinta
Dulu datangku dengan merayu kini pergiku serupa bunga layu bila tiba waktu kau hadapi rindu
Maaf karena kini sudah aku sampai pada titik jenuh aku hanya ingin pergi jauh walaupun aku merindu
Kuhanya ingin semua berlalu maaf jika kuterlalu pendiam bahkan saat kau marah kumasih berdiam
Semoga nanti kau pahami setelah kau baca puisiku hari ini hey yo jingga masihkah kau hinggap
Pada senja yang kau ukir kemarin dan kita nikmati sebelum gelap sebelum hujan basahi kisah ini
Menjadi lembap hingga pelangi euforia kita yang fana kian terungkap aku pahami jika terpaksa
Harus kau luapkan aku dalami bersama asa bukan meninggalkan tapi kau hanyut bersama separuh acuan
Saat mimpi berkabut kucoba memilih tenangkan duluan hey yo bukan, bukan kuinginkan pergi
Bukan kulupakan janji tentang bersama lewati walau cabar datang menguji sementara sabar tidak kau kunci
Ego meruncing pancing amarah berapi mencaci sampai hati jadi benci harap kau mengerti
Kenapa kupilih berdiam biarkan sunyi temaniku seperti malam hayati siang semoga waktu ingatkan aku
Tuk beri kepastian semoga rindu lahirkan akur di akhir penantian
Pabila kita berjumpa di tengah jalan tempat pelarian tak perlu saling menyapa
Tanamkan saja benci dalam hatimu yow
Apakah mesti kupaksakan rupa ini beralur ikuti perih tutupi saja sertakan tawaku membaur
Aku hanya serpihan yang mungkin nihil jadi utuh letak hati di tepian kau tak lagi pahami nalar tak satu
Sudah terlampau jauh sekian hari membungkam dan kau tak lagi mau tau sebab bertanya pun telah sungkan
Bukan ingin kuhilang bukan sebab pernah kubilang karena tak selamanya bersinar rembulan dicumbu ramah
Sang bintang anggap ini lebih baik artikan saja punya makna sejuta kata terurai pun tak merubah
Cukup ambil dihikmah aku dan kejenuhan bertemu di penghujung malam
Sampai kutemu jawaban yang mungkin tak semuakan paham pada titik jenuh pada harapan yang terlepas
Semuanya ingin berlalu dan tak lagi tinggalkan bekas maafkan bila ini terucap ego bagimu terasa
Kau dan aku biarkan sekedar cerita yang tertelan masa dengar dan mengerti puncak telah kutemu
Ini jawaban pasti kita tak bisa satu jujur pergi pun aku mampu dan biarkan semua berlalu
(ei) hati tak lagi tetuju memang kau tak lagi di situ soal hati memang cinta sakit memang ada sisa
Kita telah habis cerita dan sekarang hanya tinggal kisah karena kurindu kau yang dulu selalu buat aku bahagia
Hari ini kuberbeda mungkin besok tak lagi sama kini kurela dan bersabar untuk menunggu sebuah kabar
Perlakuan baik yang kutebar namun bagimu semua hambar takkan kulupa dan bersumpah kau tetap ada
Sekarang kuterbuang dan kau menjadi lupa maafkanku tak kembali takkan lagi menemani
Kau dan semua kenangan atau cerita yang telah pergi jangan terlalu menyakiti bila kau takut arti sakit
Karena kau tau kenyataan itu memang pahit sampai pada titik jenuh aku hanya ingin pergi jauh
Walaupun aku merindu kuhanya ingin semua berlalu maaf jika kuterlalu pendiam bahkan saat kau marah
Kumasih berdiam semoga nanti kau pahami setelah kau baca puisiku hari ini