Butir- butir air mataku mengalir 
Bagaikan air yang mengalir dari hilir 
Ku menangis sendirian di dalam kamar 
Karena yang lain sedang pergi ke pasar 
Ku ingin berteriak keras biar 
Orang seluruh dunia pada mendengar 
Tapi sayang suaraku terbatas 
Terdengar sampai kelurahan 
Paling pol sekecamatan 
Engkau kejam engkau sadis kekasihku 
Yang egoistis tapi manis 
Seperti pala manis 
Kau putuskan tali cintaku 
Yang tebal seperti tambang kapal 
Hatiku kini hancur luruh 
Bagaikan cermin yang 
Jatuh dari helikopter 
Tak mungkin bersemi lagi 
Kini tiada lagi cinta 
Yang tinggal cuma celana kolor 
Hidup trasa hampa udara napasku 
Sesak seperti menghirup asap tabunan 
Kan ku bawa luka hatiku 
Berlari marathon lewat Jagorawi 
Smoga aku dapat melupakan 
Wajahmu yang bulat 
Seperti bangkuang Bogor 
Ohoooooo kekasih 
Ohoooooo 
Ku coba mencari kekasih yang baru 
Melalui pos jodoh di koran- koran 
Kiranya cintaku mendapat sambutan 
Hangat dari seorang 
Perempuan turunan Pakistan 
Data- datanya lengkap umur 
Empat sembilan 
Anak delapan kontrakan 
Rumah tinggal sebulan 
Aku pikir oke dah dari pada 
Mati gak ada kuburannya 
Tiap hari aku repot ngerawatin 
Anak- anaknya yang bejibun 
Pagi kerja di kantor pulangnya 
Mandiin anak yang kecil 
Yang gede perawan dilarang 
Apalagi aku harus membeli 
Tempat tidur tingkat sebanyak empat buah 
Karna tiap orang tidur berduaan 
Sedang aku tidur di tikar 
Saja berdua istriku 
Ohoooooo pegel semua 
Ohoooooo 
Kira kira perkawinan berjalan 
Empat bulan setengah lebih empat hari 
Aku ajak istriku jalan- jalan 
Ke pasar ikan beli ikan asin tiga ons 
Tiba- tiba dia lari menemui 
Seorang laki- laki yang 
Katanya suaminya yang lama 
Tinggal aku bengong sendirian 
Seperti kambing congek di lapangan